Tahun ini Kineforum hadir kembali, kali ini dengan layar pertamanya bertajuk “2020 Tambah 1”. Masih dengan format virtual akibat pandemi Covid-19, acara ini digelar 6-7 Februari. Didukung oleh Yayasan Cipta Citra Indonesia dan Infoscreening, pemutaran ini menghadirkan lima film pendek: Lantun Rakyat, Hai Guys Balik Lagi sama Gue, Tuhan!, Jemari yang Menari di Atas Luka-Luka, Kemanten dan Fitrah.
Lima film yang masuk Nominasi Film Pendek Terbaik Piala Citra 2020 tersebut terbagi dalam dua kompilasi, Ennui dan Sintas. Kedua kompilasi ini mencoba mengajak kita untuk mengintip bagaimana kesilapan manusia yang (ternyata) itu-itu lagi, persoalan tentang bertahan hidup, perjuangan sikap, pencarian makna diri, dan kebahagiaan.
Lantun Rakyat (2019)
Di tengah keramaian pemilu, banyak alat peraga kampanye calon pemimpin daerah yang tersebar di jalanan Surabaya. Keadaan ini meresahkan karena tak jarang poster/baliho itu menjadi sampah visual akibat begitu banyak dan dipasang serampangan. Lantun Rakyat mencoba mengangkatnya dengan sentuhan kreatif, “Bagaimana kalau foto-foto di poster itu ngobrol?”
“Film ini awalnya dibuat untuk dokumenter, tapi tiap film dokumenter itu gak semua ‘pure’ dokumenter, pasti ada fiksinya. Makanya (konsepnya) dibuat gambar ‘still’ yang bergerak saja,” ungkap Bias G.W selaku produser.
Lantun Rakyat akhirnya menjadi kritik terhadap cara berkampanye dengan poster/baliho yang terus dipasang secara masif dan tak mengindahkan aturan. Penggunaan poster caleg sebagai “wayang” dalam film ini membuat Lantun Rakyat unik. Begitu pun dialog-dialog yang disampaikan, dekat dengan obrolan sehari-hari.
Hai Guys Balik Lagi sama Gue, Tuhan! (2020)
Bagaimana jika Tuhan bikin Vlog? Hai Guys Balik Lagi sama Gue, Tuhan!, sebuah ide nyeleneh dari sutradara Winner Wijaya. Film ini memberikan gambaran unik tentang netizen julid yang senang mengamati, (seolah) serba tahu layaknya Tuhan, dan lantas menghakimi. Film ini berhasil menyabet penghargaan dalam ajang Minikino: Begadang Filmmaking Competition 2020.
Jemari yang Menari di Atas Luka-Luka (2019)
Sebuah film tanpa dialog yang menceritakan kebimbangan seorang perias jenazah ketika menerima pekerjaan dari seorang ibu untuk merias jenazah anak remajanya. Film pendek produksi Bekantan Pictures ini terinspirasi dari kisah nyata.
“Film ini dibuat tanpa dialog, kita ingin merepresentasikan suara dari kelompok minoritas yang masih terbungkam,” jelas Putri Sarah Amelia selaku sutradara.
Berhasil menyabet penghargaan Film Pendek Terbaik Piala Citra 2020, Jemari yang Menari di Atas Luka-Luka memberikan kesan yang menohok tentang makna diri. Apakah identitas yang kita pilih ketika hidup tetap bisa dihargai ketika kita meninggal? Atau kita dipaksa untuk menyerah pada keputusan sosial?
Kemanten (2019)
Film pendek karya sutradara Imam Syafi’i ini bercerita tentang Lilis yang sedang mengalami dilema akan pernikahannya. Ketika acara pernikahan telah siap, Lilis harus menghadapi masalah, sang adik, Lestari, menderita penyakit yang membuat Lilis menjadi ragu untuk melanjutkan acara. Terinspirasi dari kisah sang ibu di masa lalu, Kemanten berhasil terpilih sebagai semifinalis di Student Academy Awards, sebuah ajang bergengsi yang rutin diselenggarakan di Hollywood.
Fitrah (2020)
Setiap hari Sri tidak pernah berhenti berjuang, ia bertahan dengan lika-liku hidup yang menyambanginya, hingga peristiwa di malam Lebaran terjadi dan merenggut segala yang telah ia usahakan. Setiap orang berhak untuk bahagia, melalui Fitrah, kita bisa memahami bagaimana memperjuangkan sikap dan juga kebahagiaan.
Baca juga: Memaknai Ulang Diri dan Keberagamaan di Madani Film Festival 2020
Kelima film yang diputar di program Layarvirtual Kineforum secara umum berkisah tentang relasi sesama manusia. Sebagian bermain-main dengan gaya tutur yang segar. Sudah ada pula film yang menjadi bagian dari “dampak” pandemi, yang harus diproduksi dengan menerapkan sejumlah aturan. Semoga ke depan kembali memungkinkan pertemuan fisik, sehingga roda perfilman bisa kembali berputar. Kalupun keadaan tak berubah, semoga semakin banyak terobosan dalam memproduksi dan menikmati film.

Sasya Semitari Pra'afthi
15/04/2021 at 11:45 pm
Wawww nice info! Jadi penasaran sama film-filmnya.