Event

Melihat Potret Penduduk Asli dan Imigran di Australia lewat FSAI 2019

Menurut Scott Cane, seorang arkeolog dan antropolog dari Australia, gelombang migrasi penduduk asli Australia terjadi sekitar 50.000–70.000 tahun silam yang berasal dari Papua, Timor Timur sampai Maluku. Hal ini mengingatkan kita betapa dekatnya hubungan Australia dan Indonesia baik masa silam pascaerupsi Gunung Toba, yang menyebabkan mereka bermigrasi, hingga hubungan bilateral yang terjalin baik hingga sekarang.

Penduduk asli Australia, atau lebih dikenal dengan Suku Aborigin tersebar di berbagai daerah, seperti New South Wales, Queensland, Australia Barat, Wilayah Utara, Victoria, South Australia, Tasmania, dan meskipun tidak banyak, mereka juga bisa ditemui di kota-kota besar di Australia. Berbagai dokumenter merekam aktivitas dan budaya Suku Aborogin, salah satu yang terbaru dan dirilis tahun lalu adalah Gurrumul yang juga ditayangkan di Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2019.

Tentang Gurrumul

Gurrumul bercerita tentang kehidupan seorang musisi bernama Geoffrey Gurrumul Yunupingu yang buta sejak lahir. Dalam dokumenter tersebut kita bisa menyaksikan cuplikan awal kariernya sebagai musisi dalam band Yothu Yindi dan Saltwater Band. Tapi yang membuatnya populer justru bukan asalnya dari dua band tersebut, ataupun dari kemampuannya yang luar biasa dalam berbagai instrumen musik, melainkan suaranya yang khas dan bagaimana cara bernyanyinya bisa menyentuh begitu banyak orang, meskipun ia bernyanyi dengan bahasa Yolŋu.

Hal menarik lainnya selain suara Gurrumul yang membuat siapa pun terkesima adalah bagaimana terekamnya Galiwin’ku di Elcho Island, 530 KM dari Darwin, yang merupakan tanah kelahiran Gurrumul. Dalam dokumenter ini, kita bisa menyaksikan cuplikan keseharian masyarakat di sana, budaya serta cara mereka berinteraksi. Ciri fisik mereka juga mengingatkan kita pada miripnya penduduk Aborigin dengan Papua. Gurrumul yang terbiasa dengan cara hidup tradisional menemukan dilema ketika ia harus berkeliling ke berbagai kota besar dan berbagai negara demi memenuhi keinginan orang-orang yang penasaran dengan keberadaannya yang fenomenal. Di satu sisi merupakan hal yang menggembirakan dunia bisa lebih akrab dengan bangsa Aborigin dan budayanya lewat nyanyian indah Gurrumul, tapi di sisi lain, hal itu mungkin menyiksa Gurrumul karena ia harus jauh dari keluarga dan tempat yang sangat ia cintai.

Baca juga: FSAI 2019 Tawarkan Jendela ke Sinema Australia Kontemporer

Beranjak ribuan tahun setelah migrasi pertama penduduk asli Australia, pada tahun 1788 dimulailah kedatangan orang-orang kulit putih dari Bangsa Eropa. Sejak saat itu, wajah Australia berubah dan penduduk asli yang telah menetap ribuan tahun tersebut pun menetap di daerah-daerah tertentu yang disebutkan di atas. Perubahan besar juga terjadi pascaperang dunia kedua di mana banyak pula imigran maupun pengungsi datang ke Australia. Interaksi penduduk Australia dengan para Imigran tersebut bisa pula dilihat dalam film Ladies in Black yang juga diputar di FSAI 2019.

Tentang Ladies in Black

Ladies in Black adalah film drama komedi yang berkisah tentang kehidupan para karyawati department store di Sydney pada tahun 1959. Para karyawati tersebut memiliki obsesi masing-masing: ada yang ingin berkuliah dan menjadi penulis, menemukan jodoh, membahagiakan suami, hingga membuka butik sendiri. Di film tersebut bisa dilihat bagaimana kaku dan penuh prasangkanya hubungan antara penduduk Australia sendiri dengan para imigran yang mereka sebut reffo. Para imigran tersebut datang dari berbagai macam negara, seperti Slovenia, Belanda dan negara-negara persemakmuran. Tahun-tahun tersebut adalah masa di mana Australia meluncurkan program migrasi yang menerima ratusan ribu penduduk baru. Sebagai info tambahan, dikutip dari Australian Bureau of Statistics, populasi di Australia mencapai 25 juta di mana 62% di antaranya merupakan hasil dari imigrasi. Hal ini membuktikan bahwa Australia merupakan dataran yang terbuka untuk siapa pun.

Hal-Hal Lain yang Menarik dari FSAI 2019

Selain Gurrumul (Paul Damien Williams) dan Ladies In Black (Bruce Beresford) yang berkesan, ada beberapa film Australia lainnya yang juga di putar di FSAI 2019, di antaranya: The Song Keepers (Naina Sen), Storm Boy (Shawn Seet), Occupation (Luke Sparke) dan film-film pendek seleksi Flickerfest International Short Film Festival. Diputar juga tiga film Indonesia, yaitu Sekala Niskala (Kamila Andini), Ada Apa Dengan Cinta? (Rudy Soedjarwo), dan Ada Apa Dengan Cinta 2 (Riri Riza). FSAI 2019 juga mengundang tamu-tamu khusus untuk berdiskusi maupun mengikuti kegiatan workshop, seperti Paul Damien Williams, Matthew Horrocks, Simon Wilmot, Liz Baulch, Mira Lesmana, dan Kamila Andini. FSAI 2019 berkeliling ke beberapa kota di Indonesia: Jakarta, Mataram,  Makassar, Bandung, dan Surabaya, dari 14 Maret hingga 31 Maret 2019.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top