“Beberapa tulisan maupun film-film tentang Afghanistan membuat kita berpikir mengapa kehidupan mereka (warga Afghanistan) selalu lekat dengan kesengsaraan?”
Itulah petikan pembuka diskusi dari Christian Putra, ketua dari komunitas Jakarta Cinema Club dalam diskusi dan pemutaran “CinemaWorld Film Festival”.
Bertempat di Kinosaurus, MNC Play bekerja sama dengan CinemaWorld menggelar kegiatan “CinemaWorld Film Festival” Movie Screening pada Sabtu tanggal 10 November 2018. Acara ini dihadiri oleh pelanggan setia MNC Play dan komunitas film di Jakarta, turut mengundang Panji Mukadis (founder Infoscreening) dan Christian Putra sebagai pembicara dalam diskusi film ini.
Film yang diputar berjudul “Wajma, An Afghan Love Story”menceritakan kisah cinta dua remaja yang berujung pada kehamilan. Wajma harus mendapat tekanan dari kedua orangtuanya sementara Mustafa tidak mau bertanggung jawab atas janin yang dikandung Wajma.
BACA JUGA: BPK UMUMKAN KARYA TERBAIK DI MALAM PENGHARGAAN FFKHN 2018
“Di awal tahun 1970-an, Afghanistan masih berjaya dan bebas. Karena ada perang dingin (masuknya Uni Soviet) di tahun 1979 maka sistemnya menjadi sedikit berubah. Uniknya lagi dari berbagai literatur, ada yang menyebutkan jika feminisme dibuat sebagai alat propaganda yang digunakan oleh Uni Soviet untuk merangkul Afghanistan. Ada keterbatasan hubungan dan komunikasi antar anggota keluarga yang menjadi konflik di dalam film Wajma,” lanjut Christian.
Panji menambahkan “Dari awal sampai ketika film ini diputar, sudah tampak scene-scene yang mengungkapkan patriarki secara verbal. Ada adegan di meja makan di mana saudara laki-laki Wajma ditanyai ‘Mengapa kamu belum membeli ini?’ namun ia malah menjawab bahwa dirinya tidak tahu dan mengatakan jika itu merupakan urusan Wajma, kedua pada saat adu anjing di mana Wajma tidak diperkenankan menonton karena itu bukan tontonan perempuan. Saya jadi teringat dengan film dokumenter berjudul Sihung (dir. Esa Hari Akbar) yang menceritakan NgaduBagong, sebuah permainan tradisional Sunda di mana anjing ditarungkan dengan babi, film tersebut justru ber-setting di suatu daerah yang lingkungannya sangat islami. Sihung memiliki kemiripan dengan Wajma, ironi-ironi tersebut muncul dan merupakan sebuah realita.”
Baca Juga: Dokumenter Musik BTS dan Coldplay Rilis November di Indonesia
RANGKAIAN “CINEMAWORLD FILM FESTIVAL”
Rangkaian “CinemaWorld Film Festival” juga memutarkan film bagi karyawan MNC Play. Acara tersebut sudah diselenggarakan pada Jumat tanggal 9 November 2018 di iNews Center, MNC Center Complex. Dari kedua acara yang telah terselenggara, MNC Play sebagai perusahaan penyedia layanan High Speed Broadband Internet dan TV Kabel Interaktif berupaya menghadirkan film-film berkualitas yang berhasil meraih penghargaan internasional seperti Academy Awards, Sundance Film Festival, Cannes Film Festival maupun penghargaan film lainnya.
Baca juga: Film Nyanyian Akar Rumput: Monumen Ingatan HAM di Tahun Politik
Subscriber Management, Product and Marketing Director MNC Play, Adita Widyansari mengatakan bahwa selain untuk menjalin keakraban dengan berbagai komunitas, acara ini juga sebagai bentuk wujud komitmen pada pelanggan setia MNC Play supaya dapat menikmati pengalaman hiburan secara berbeda. Hiburan tersebut dapat dinikmati melalui saluran CinemaWorld channel 410. Untuk MNC Play sendiri sudah memiliki lebih dari 180 saluran, 46 HD Ready dan 33 exclusive channel. []
