JAKARTA – Rasanya sangat tepat menyebut malam penghargaan Festival Film Indonesia 2021 sebagai malam regenerasi. Jika kita tengok kembali malam puncak tersebut, sangat terasa kesan jiwa muda yang dipancarkan para pemenang, terutama di kategori-kategori “utama”. Ekspresi yang mereka tunjukkan, rasa syukur yang diungkapkan, pernyataan yang dilontarkan, semangat yang menyilaukan. Generasi terdahulu yang melihat itu barangkali ikut menyalin gairah tersebut dan kembali merasa muda. Atau paling tidak terkenang pada masa-masa.
Film “Penyalin Cahaya” yang diputar perdana di Busan International Film Festival (BIFF) ke-26 berhasil memenangkan 12 Piala Citra dari 17 nominasi. Ini juga menjadi kemenangan besar untuk Wregas Bhanuteja yang mendapat Piala Citra sebagai Sutradara Terbaik untuk nominasi pertamanya di kategori tersebut dalam usia 29 tahun, di film panjang pertamanya. Sebelumnya kita mengenal Wregas dengan film-film pendeknya yang sangat gemilang dan meraih bejibun penghargaan dan diputar di berbagai festival, antara lain Lemantun, Lembusura, Prenjak hingga Tak Ada yang Gila di Kota Ini. Kemenangan Wregas ini seperti penanda bahwa regenerasi dalam perfilman Indonesia itu sedang berlangsung dan terus berlangsung. Ditambah dengan keyakinannya dalam menyampaikan visi menambah semangat baru ke depan. Wregas juga memenangkan Piala Citra untuk kategori Penulis Skenario Asli Terbaik bersama Henricus Pria. Pria – yang sebelumnya telah berkolaborasi dengan Wregas di beberapa proyek dan aktif di Festival Film Dokumenter (FFD) – memegang tongkat estafet baru sebagai penulis skenario.
Regenerasi lainnya yang diberikan oleh “Penyalin Cahaya” dengan nominee perdana mereka di FFI sekaligus memenangkan Piala Citra adalah Dita Gambiro (Pengarah Artistik Terbaik), Ahmad Yuniardi (Penyunting Gambar Terbaik), Fadillah Putri Yunidar (Penata Busana Terbaik). Sementara dalam bidang akting, Chicco Kurniawan memenangkan Piala Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik di nominasi pertamanya. Chicco sebelumnya mencuri perhatian dengan peran-peran pendukung di berbagai film. Menarik sekali melihat deretan nominee untuk Pemeran Utama Terbaik karena ada tiga generasi disana: generasi Deddy Mizwar, generasi Khiva Iskak dan Reza Rahadian, serta generasi Jefri Nichol dan Chicco Kurniawan. Setelah tahun 2019 dinominasikan di kategori yang sama untuk penampilannya di film Bumi Manusia, Jerome Kurnia pun akhirnya meraih Piala Citra tahun ini sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik.
Shenina Syawalita Cinnamon menjadi regenerasi aktris yang performanya di Penyalin Cahaya sangat diperhitungkan. Tapi tahun ini Shenina musti mengalah dengan regenerasi aktris lainnya, Arawinda Kirana dimana “Yuni” adalah film panjang pertamanya dan langsung menganugerahinya dengan Piala Citra sebagai Pemeran Utama Perempuan Terbaik. Arawinda sebelumnya memenangkan Aktris Pendatang Baru Terpilih di ajang Piala Maya 2020 lewat aktingnya di Quarantine Tales (segmen “Happy Girls Don’t Cry”).
Regenerasi tidak hanya muncul dari film fiksi panjang, ada Lamtiar Simorangkir yang memenangkan Film Dokumenter Panjang Terbaik (untuk film Invisible Hopes), Davi Abdullah dan Masridho Rambey (Film Dokumenter Pendek Terbaik: Three Faces in the Land of Sharia), Bobby Fernando (Film Animasi Pendek Terbaik: Ahasveros), dan tentu saja Bony Wirasmono dengan film animasi keren, Nussa (Film Animasi Panjang Terbaik).
Festival Film Indonesia 2021 yang telah membuka apresiasi terhadap kritikus film dengan adanya penghargaan karya kritik film juga turut membuka adanya regenerasi. Menurut berbagai pihak termasuk mereka yang telah senior di bidang kajian, karya kritik yang masuk amat sangat berkualitas menunjukan bagaimana tumbuhnya minat dan perkembangan terkini pada ranah kajian. Namun agak disayangkan, kalaupun kita tidak membahas tentang pidato penerima penghargaan yang tidak diadakan, tampilan ketika nominasi disebutkan kurang ditampilkan dengan maksimal. Salah satunya saja bisa dengan menyebutkan judul kritik secara komplit atau bahkan hingga menampilkan sekilas bentuk tulisan/video dari karya-karya kritik yang telah terbit tersebut (red).
Dengan 12 Piala Citra di tangan, sekilas dari cuitan netizen di Twitter, banyak yang menginginkan film Penyalin Cahaya untuk diputar di boskop saja, bukan OTT. Menanggapi hal itu, Wregas menyatakan, dengan tayang di OTT, terutama untuk original worldwide, film ini akan memiliki gaung yang lebih besar dalam menyampaikan pesannya untuk melawan kekerasan seksual, apalagi kita masih dalam kondisi pandemi.
Apapun itu, keputusan sudah dibuat. Tapi memang sangat disayangkan, perayaan regenerasi ini tidak dirayakan bersamaan dengan perayaan bioskop yang ramai kembali.
DAFTAR PEMENANG
FESTIVAL FILM INDONESIA 2021
PERAIH PIALA CITRA 2021:
1. FILM CERITA PANJANG TERBAIK: PENYALIN CAHAYA – PRODUKSI: REKATA STUDIO, KANINGA
PICTURES – PRODUSER: ADI EKATAMA, AJISH DIBYO, WILLAWATI
2. SUTRADARA TERBAIK: WREGAS BHANUTEJA – PENYALIN CAHAYA
3. PENULIS SKENARIO ASLI TERBAIK: HENRICUS PRIA, WREGAS BHANUTEJA – PENYALIN CAHAYA
4. PENULIS SKENARIO ADAPTASI TERBAIK: GEA REXY, BAGUS BRAMANTI, CHARLES GOZALI – SOBAT
AMBYAR
5. PENGARAH SINEMATOGRAFI TERBAIK: GUNNAR NIMPUNO, I.C.S. – PENYALIN CAHAYA
6. PENGARAH ARTISTIK TERBAIK: DITA GAMBIRO – PENYALIN CAHAYA
7. PENATA EFEK VISUAL TERBAIK: BINTANG ADI PRADANA – PREMAN
8. PENYUNTING GAMBAR TERBAIK: AHMAD YUNIARDI – PENYALIN CAHAYA
9. PENATA SUARA TERBAIK: SUTRISNO, SATRIO BUDIONO – PENYALIN CAHAYA
10. PENATA MUSIK TERBAIK: YENNU ARIENDRA – PENYALIN CAHAYA
11. PENCIPTA LAGU TEMA TERBAIK: MIAN TIARA – LAGU: “DI BAWAH LANGIT RAKSASA” –
PENYALIN CAHAYA
12. PENATA BUSANA TERBAIK: FADILLAH PUTRI YUNIDAR – PENYALIN CAHAYA
13. PENATA RIAS TERBAIK: NOVIE ARIYANTI – PREMAN
14. PEMERAN UTAMA PRIA TERBAIK: CHICCO KURNIAWAN – PENYALIN CAHAYA
15. PEMERAN UTAMA PEREMPUAN TERBAIK: ARAWINDA KIRANA – YUNI
16. PEMERAN PENDUKUNG PRIA TERBAIK: JEROME KURNIA – PENYALIN CAHAYA
17. PEMERAN PENDUKUNG PEREMPUAN TERBAIK: MARISSA ANITA – ALI & RATU RATU QUEENS
18. FILM CERITA PENDEK TERBAIK: LAUT MEMANGGILKU – SUTRADARA: TUMPAL TAMPUBOLON –
PRODUSER: MANDY MARAHIMIN
19. FILM DOKUMENTER PANJANG TERBAIK: INVISIBLE HOPES – SUTRADARA/PRODUSER: LAMTIAR
SIMORANGKIR
20. FILM DOKUMENTER PENDEK TERBAIK: THREE FACES IN THE LAND OF SHARIA – SUTRADARA:
DAVI ABDULLAH – PRODUSER: MASRIDHO RAMBEY
21. FILM ANIMASI PANJANG TERBAIK: NUSSA – SUTRADARA: BONY WIRASMONO – PRODUSER:
RICKY “SAPOY” MANOPPO & ANGGIA KHARISMA – PRODUKSI: THE LITTLE GIANTZ, VISINEMA
PICTURES
22. FILM ANIMASI PENDEK TERBAIK: AHASVEROS – SUTRADARA: BOBBY FERNANDO – PRODUSER:
KEMAL HASAN, SALIMA HAKIM, YOHANES MERCI
23. PENGABDIAN SEUMUR HIDUP UNTUK FILM: JAJANG C. NOER
PENGHARGAAN KHUSUS:
24. KARYA KRITIK FILM TERBAIK (PENGHARGAAN TANETE PONG MASAK): GOING GAGA
KEJAHANAMAN: MARTABAT DAN PANDANGAN DUNIA PEREMPUAN TANAH JAHANAM” – KUKUH
YUDHA KARNANTA – FIB.UNAIR.AC.ID
25. FILM TERFAVORIT (PENGHARGAAN DJAMALUDDIN MALIK): ALI & RATU RATU QUEENS
26. AKTOR TERFAVORIT (PENGHARGAAN BAMBANG IRAWAN): ANGGA YUNANDA
27. AKTRIS TERFAVORIT (PENGHARGAAN CHITRA DEWI): PRILLY LATUCONSINA
PENGHARGAAN KHUSUS DEWAN JURI AKHIR:
1. PENGHARGAAN KHUSUS DEWAN JURI AKHIR KATEGORI FILM CERITA PENDEK: LIKA LIKU LAKI –
SUTRADARA: KHOZY RIZAL – PRODUSER: JOHN BADALU, BRUNO SMADJA, KHOZY RIZAL
2. PENGHARGAAN KHUSUS DEWAN JURI AKHIR KATEGORI KARYA KRITIK FILM: “ALI & RATU RATU
QUEENS: KELUARGA NUKLIR DAN JEJAK “AMERICAN DREAMS”” – AULIA ADAM – TIRTO.ID DAN
YOUTUBE.COM/TIRTOID (KARYA NON-TULISAN)
