Sebuah kabar gembira bagi penggemar dan pembuat film pendek. Minggu 13 November lalu organisasi Boemboe berkolaborasi dengan Kineforum mulai selenggarakan program Gemar Film Pendek.
Mengikuti Program Besar Bulanan Kineforum
Dalam keterangan Novi Puspa Sari dari organisasi Boemboe, film-film yang dipilih bulan ini mengikuti tema besar dari program besar Kineforum bulan ini, Getir Canda yang mana memiliki tiga sub-tema: yaitu yang membahas tentang diri sendiri, tentang hubungan diri dengan orang lain, juga antara diri dengan lingkungan sekitar. “film-film pendek yang ditampilkan berdasarkan sub-tema itu” jelas Novi.
Tiga film pendek diputar dalam program ini, antara lain Senja Bersemi karya Jessica Olivia, Ji Dullah karya Alfi Septian, dan Neng Kene Aku Ngenteni Koe karya Jeihan Angga. Perwakilan pembuat film hadir dalam diskusi usai pemutaran.
Selain berasal dari kota-kota yang berbeda, film-film yang ditampilkan dibuat atas motivasi yang berbeda juga. Hal ini dijelaskan oleh masing-masing penanggap dalam sesi tanya jawab. Senja Bersemi dibuat sebagai tugas akhir Jessica dalam menyelesaikan pendidikannya di Universitas Multimedia Nusantara. Ji Dullah, yang dalam sesi tanya jawab diwakili oleh Zulfani Yuninda dari bagian wardrobe, dibuat dalam rangka tugas kampus di Universitas Negeri Jember. Lain lagi Neng Kene Aku Ngenteni Koe yang dikerjakan oleh pribadi dan teman-teman pembuat film, di luar keseharian Jeihan waktu itu di kampus ISI Yogyakarta.
Ide pembuatan turut dipaparkan. Jessica Olivia mengaku tergerak membuat film romansa dengan lingkungan yang jarang dilirik oleh masyarakat, dalam hal ini warga senior yang berada di lingkungan panti jompo. Sementara menurut Zulfani, yang diperlihatkan dalam film “Ji Dullah” merupakan hal-hal yang biasa terjadi di mana gelar seperti haji menjadi sangat dipandang, juga praktik-praktik yang terjadi saat pemilihan kepala daerah. “Neng Kene Aku Ngenteni Koe” diprakasai oleh Jeihan sendiri yang terpikir membuat film pendek tentang sepasang kekasih yang putus hubungannya di stasiun kereta. Dalam prosesnya, cerita berkembang mendengar berbagai cerita teman-teman yang putus cinta di stasiun. Korek-korek sedikit, Jeihan pun mengakui bahwa film ini juga diinspirasi oleh pengalaman pribadi.
Acara ini pun ditanggapi positif oleh para sineas yang hadir karena film-film mereka dapat bertemu dan diapresiasi oleh penonton. Dalam pernyataan penutup tanya jawab Jeihan sendiri melihat komunitas pemutar film banyak yang berguguran beberapa tahun ini. Ia berharap komunitas pemutar film bisa lebih banyak lagi agar film-film pendek dapat lebih banyak bertemu penonton.
Proses Pemantauan dan Submisi
Sampai saat ini, program Gemar Film Pendek telah siap sampai bulan Desember 2017 dan diharapkan akan terus mengisi program bulanan Kineforum. Selain hasil pemantauan hasil mengunjungi festival demi festival, organisasi Boemboe sendiri membuka kesempatan bagi film-film pendek untuk mengumpulkan karyanya agar dapat diputar apabila sesuai dengan kriteria pemrograman.
