Artikel

Kucumbu Tubuh Indahku: Lengger dan Perjalanan Menemukan Diri

Lengger diambil dari kata Leng yang berarti lubang perempuan (vagina) dan Angger yang merupakan sebutan untuk anak laki-laki. Ada juga yang menyatakan Leng berarti lubang, ditambah potongan kata Jengger yang menunjukkan kejantanan. Kedua kata tersebut diartikan sebagai “dikira Leng ning Jengger” (dikira lubang ternyata Jengger), artinya dikira perempuan ternyata laki-laki. Tari Lengger adalah kesenian yang berkembang di Banyumas dan banyak dilakukan oleh penari perempuan. Tapi awalnya, sebetulnya tari tradisional ini ditarikan oleh lelaki. Hingga muncul pembeda sebutan antara Lengger Wadon (ditarikan perempuan) dan Lengger Lanang (ditarikan laki-laki). Tapi menurut sastrawan Ahmad Tohari, Lengger memang istilah untuk penari laki-laki, sedangkan perempuan disebut Ronggeng (Salah satu novel karya beliau berjudul “Ronggeng Dukuh Paruk” yang menariknya difilmkan oleh Ifa Isfansyah dengan judul “Sang Penari”).

Salah satu maestro Lengger Lanang adalah Mbah Dariah yang tahun lalu meninggal dunia dengan usia 98 tahun. Tari Lengger Lanang sempat tenggelam perkembangannya lantaran penerus maestro seperti Mbah Dariah dulu tidak ada, ujar Ahmad Tohari, dikutip dari tulisan Sumarwoto di Kompasiana. Tapi selanjutnya muncul generasi baru. Saat ini ada Rianto, yang tidak cuma mahir menari Lengger, tapi juga menguasai beragam jenis tarian feminin dan maskulin. Gerak tubuhnya yang luwes tersebut telah membawanya ke berbagai belahan dunia, mulai dari Asia, Eropa, Amerika hingga Afrika. Karya koreografinya yang paling terkenal adalah Medium dan Softmachine. Tokoh Rianto inilah yang menginspirasi film terbaru Garin Nugroho yang berjudul Kucumbu Tubuh Indahku di bawah Fourcolours Films.

“Seorang penari Lengger yang harus menampilkan sisi maskulin dan feminin dalam satu tubuh adalah sebuah pergolakan ingatan tubuh yang sangat menantang. Ini yang saya tangkap dari cerita hidup Rianto. Dan ini yang ingin saya coba visualisasikan ke dalam film,” tutur Garin Nugroho dalam sebuah konferensi pers (15/4) di Plaza Indonesia. Dalam film ini, Rianto juga turut ambil peran sebagai Juno dewasa, yang uniknya posisinya juga sebagai narator yang mengarahkan film seperti dokumenter kehidupannya. Sesekali dengan sangat luwes ia menunjukkan lembutnya tarian feminin dan garangnya tarian maskulin.

Sekilas Tentang Kucumbu Tubuh Indahku

Kucumbu Tubuh Indahku berkisah tentang Juno yang dari kecil harus hidup sendiri karena ditinggal pergi oleh bapaknya. Sejak itu, kehidupan Juno pun tidak menentu dan sering berpindah-pindah antara rumah satu dan rumah lainnya. Ia bergabung dengan sanggar Tari Lengger, tinggal dengan bibi penjual ayam, lalu pindah ke paman penjahit, akrab dengan seorang petinju, hingga singgah dengan seorang Warok (penari dalam kesenian Reog). Serangkaian perpindahan tersebut seperti melambangkan perjalanan Juno sendiri dalam menemukan jati dirinya. Sepanjang film kita seperti menyaksikan tokoh Juno yang seolah selalu bimbang terhadap tempat tinggalnya, baik tempat tinggal berupa rumah, maupun tempat tinggal berupa tubuhnya sendiri. Maka tidak jarang ia berseteru dengan tubuh tersebut lalu menyakitinya perlahan.

Baca Juga: Feminitas–Maskulinitas dalam Plaza Indonesia Film Festival 2019

Pengenalan terhadap Tari Lengger yang memadukan feminitas dan maskulinitas juga  menjadi perjalanan tubuh Juno yang tidak mudah ia pahami. Sejak kecil ia sudah melihat berbagai kekerasan dan kelembutan yang timbul karena dan pada tubuh-tubuh yang ia lihat. Ia merasakan sentuhan dan darah yang mengalir bergantian. Ia pun belajar mengambil keputusan atas haknya terhadap tubuhnya sendiri.

Pada perpindahan Juno selanjutnya, sendirian di atas mobil bak terbuka, ia mulai bisa tersenyum terhadap dirinya sendiri. Dan Juno dewasa pun berani mengungkapkan bahwa tubuhnya bukanlah malam ataupun siang, melainkan senja.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top