Festival

PostFest 2018 : Menghadirkan Wajah-Wajah Dunia Timur Melalui Sinema

Post Festival atau PostFest merupakan gerakan yang digagas oleh PascaSarjana IKJ (Institut Kesenian Jakarta) dengan tujuan untuk memberikan gagasan baru. Tepatnya, tentang sebuah festival yang didasari oleh penelitian, pelatihan, dan eksperimen yang dimentori oleh pakar-pakar seni.

Festival ini diselenggarakan pertama kali tahun 2017. PostFest akan menjadi sebuah rangkaian peristiwa pameran yang menampilkan sebuah gagasan kreatif melalui pagelaran seni pertunjukan, pameran seni rupa, film, dan seni digital.

Sinema Timur

Bidang film tahun ini akan menampilkan program berjudul Sinema Timur. Program ini dihadirkan sebagai wujud kepedulian pada potensi wilayah Indonesia Timur dan dunia timur yang selama ini jarang tampil.

PostFest memberikan ruang bagi film-film dari Timur untuk diapresiasi. PostFest menghadirkan 30 film dari Papua, Makassar, Kendari, Palu, Ambon, Palestina, Syiria, Irak dan Afghanistan. Film-film yang dihadirkan adalah film panjang dan pendek dengan beragam genre seperti fiksi, dokumenter, dan animasi.

Baca juga: Minikino Boyong Film Pendek Indonesia ke Jaringan Kerja Asia Tenggara

Film Fiksi Panjang

Film berjudul Mentari di Ufuk Timur (2014) karya Irham Acho Bachtiar akan diputar di festival ini. Film ini menceritakan tentang perjuangan para guru dan masyarakat untuk membangun sebuah sekolah di Muting, sebuah desa terpencil di Merauke. Dibintangi oleh Mathias Muchus dan Nadine Chandrawinata.

Molulo: Jodoh Tak Bisa Dipaksa (2017), sebuah film komedi romantis yang disutradarai oleh Irham Acho Bachtiar juga akan ditayangkan. Judul film ini mengarah pada kesenian tari tradisional Molulo, tarian yang membawa nilai persahabatan, bekerjasama, dan tolong menolong. Pada saat ditayangkan di bioskop, film ini mampu bertahan di Palu selama dua bulan, menggeser film Justice League (2017).

Dari Indonesia Bagian Timur

Film-film dari Indonesia bagian timur sangat beragam, ada cerita tentang seorang anak yang tidak bisa mencoba sepatu baru karena hujan.  Ada juga cerita tentang gadis Papua yang dihamili tentara dari Bandung. Ada pula film perdana dari sutradara Papua yang bercerita tentang penemuan benda-benda peninggalan penjajah seperti kapal tank, peluru dan bandara.

Film-film dari Papua banyak bercerita tentang kasus hak asasi manusia atau bagaimana mereka dipaksa tercerabut dari identitas asli mereka. Film dari Ambon menceritakan tentang sebuah reuni perdamaian. Juga tentang seorang anak yang kehilangan baju bolanya dan tentang para pendayung perahu yang kehilangan penghasilan akibat pembangunan.

Baca juga: Dua Film Pendek Bertema Buruh Menangi Penghargaan Utama dalam Viddsee Juree Awards Indonesia 2018

Dari Dunia Timur

Film-film dari dunia timur juga begitu indah menyentuh. Film dari Irak banyak bicara tentang kematian tetapi juga persahabatan seorang anak muslim dan orang tua Yahudi.

Film dari Afghanistan berbicara tentang kehidupan yang tidak mudah dan kepolosan seorang anak muda dalam menemukan keberuntungan. Film dari Syiria berbicara tentang perang yang mengancurkan dan film dari Palestina berbicara tentang ketidakadilan.

Diputar di Kineforum

Film-film tersebut dikurasi oleh Sofia Setyorini dan dapat disaksikan pada tanggal 3-5 Agustus 2018 di Kineforum. Penonton tidak dipungut bayaran. Pemutaran film dimulai jam 14.00 pada tanggal 3 Agustus dan selanjutnya dimulai jam 13.30 WIB.

Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap, katalog online bisa didapatkan dengan mengirimkan email ke setyorini.sofia@gmail.com. Jadwal dapat dilihat di website postfest.web.id satu minggu sebelum pelaksanaan.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top