Oleh Adi Rosidi Pandega
KDM edisi 24 merupakan KDM terakhir di tahun 2017. KDM #24 dilaksanakan pada hari Minggu, 29 Oktober 2017, di Loop Station Yogyakarta. Karena edisi ini merupakan edisi penutup, panitia KDM sengaja menyediakan nasi kucing lengkap dengan gorengan, teh, dan kopi. “Selain sebagai penutup yang menyenangkan, semoga hidangan tersebut bisa membuat akhir bulan jadi menyenangkan juga,” kata Koordinator Program, Suluh Pamuji, sembari terkekeh.
KDM #24 kembali berkolaborasi dengan ICPSFF dengan memutar delapan film. Tiga di antaranya adalah film pilihan KDM. Ketiga film tersebut merupakan tugas akhir dari mahasiswa ISI Yogyakarta, masing-masing adalah Oleh-Oleh, Culikan dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). Sementara itu, film dari ICPSFF adalah Uncle, Las Meninas, 69 sec, Djinn Tonic dan Social Snafu. Delapan film tersebut dibagi dalam dua slot, slot pertama dimulai pukul 18.30 WIB dan slot kedua dimulai pada pukul 20.00 WIB.
Dalam pengantarnya, Suluh Pamuji mengatakan, “KDM #24 menjadi penutup perjalanan KDM di tahun keduanya. Tentu saja edisi ini bukan berarti titik henti, tetapi sebagai titik laju kami untuk kembali hadir di tahun 2018. Tiga bulan ke depan akan menjadi masa rehat kami untuk memulai kembali KDM di tahun ketiganya. Masa rehat tersebut adalah waktu yang sengaja kami rancang untuk menyegarkan diri, menyusun tema baru, mengkalkulasi, meregenerasi, dan mengevaluasi. Semoga anda semua akan selalu berkenan dengan kehadiran kami sebagai organisasi yang secara reguler menggelar program pemutaran dan diskusi.”
Pemutaran Film Slot 1
Film yang diputar di slot 1 adalah sebagai berikut:
- Las Meninas/Dániel Béres/16 Menit/2016/Austria/Fiksi
Sinopsis :
Seusai membuat keputusan kontroversial dalam sebuah pertandingan bola, seorang wasit pergi berlibur ke Madrid, Spanyol. Ketika sang wasit sedang merenungkan segala hal yang terjadi, ia tersesat di antara koridor bawah tanah Museum Prado yang menyerupai labirin dan menemukan dirinya berada dalam dunia Las Meninas, sebuah lukisan terkenal karya Diego Velazquez.
- 69 sec/Laura Nicolas/2 menit/2016/Belgia/Animasi
Sinopsis :
Kisah cinta dalam sebuah persegi.
- Oleh-Oleh/Reza Fahriansyah/18 menit/Crazyone!!! Films/2017/Indonesia/Fiksi
Sinopsis :
Ibu Yati yang akan menjalankan ibadah umrah secara tidak langsung terbebani oleh tradisi di kelompok pengajiannya. Ulfa, anak tunggal Ibu Yati, merasa risi dengan tradisi tersebut, karena menurutnya hal tersebut cukup merugikan dirinya dan ibunya, terutama mengurangi niat awal ibadah umrah yang akan mereka laksanakan.
- Djinn Tonic/Domenico Guidetti/14 menit/2016/Italia/Fiksi
Sinopsis:
Film pendek ini bercerita tentang Simone, seorang laki-laki muda pengangguran yang tidak punya ambisi, dan Djinn, jin dari masa kuno yang dihukum untuk mengabulkan permintaan di sebuah kantor kecil di pinggiran kota.
Diskusi Slot 1
Moderator diskusi Slot 1, Suluh Pamuji, menundang Reza selaku sutradara Oleh-Oleh. Reza adalah satu-satunya narasumber yang hadir dalam pada diskusi Slot 1 dikarenakan tiga film lainnya berasal dari ICPSFF. Suluh Pamuji seperti biasa memberikan pertanyaan kepada Reza untuk memancing para penonton agar bertanya. Suluh bertanya mengenai pemilihan tema umrah dalam film Oleh-Oleh. “Film ini adalah film tugas akhir saya. Isu yang saya ambil di sini adalah tentang keluarga, terutama keluarga saya sendiri. Sebenarnya ide cerita film berasal dari cerita ibuku. Saat itu, ketika beliau hendak umrah, teman-teman pengajiannya ramai-ramai menitipkan uang. Alhasil, bukannya memikirkan bagaimana kekhusyukan ibadah umrahnya, beliau malah memikirkan oleh-oleh untuk teman-teman pengajiannya,” ungkap Reza.
Suluh pamuji kemudian kembali bertanya apakah ada kendala yang berarti dalam pembuatan film tersebut. “Kendala dalam pembuatan film ini hampir tidak ada. Lingkungan yang dipakai untuk shooting adalah rumah saya sendiri. Di sana kebetulan almarhum ayah saya pernah jadi ketua RT dua periode dan ibu saya adalah pimpinan pengajian, jadi proses shooting dan pengambilan gambar tidak ada masalah. Kesulitannya justru mempertemukan dua kebiasaan shooting yang berbeda, yaitu Yogyakarta dan Jakarta.” jelas Reza.
Pemutaran Film Slot 2
Sambil menunggu pemutaran Slot 2, penonton dipersilakan untuk menikmati nasi kucing dan gorengan yang telah disediakan oleh panitia KDM. Beberapa penonton juga terlihat sedang mengobrol asyik sembari menghabiskan rokoknya. Tak lama kemudian, Wimba selaku koordinator acara KDM menginformasikan bahwa Slot 2 akan segera dimulai.
Sebelum Slot 2 dimulai, beberapa anak magang dari Loop Station Yogyakarta mengadakan games yang bertujuan untuk mencairkan suasana penonton. Games yang dimainkan berupa permainan tebak judul film yang lewat gerakan tubuh. Sesi permainan tersebut semakin memeriahkan suasana pemutaran malam itu, terlihat dari antusiasme penonton untuk berpartisipasi.
Setelah sesi games selesai, acara dilanjutkan dengan pemutaran film Slot 2. Sama seperti pemutaran film Slot 1, Slot 2 memutar gabungan film dari ICPSFF dan Tugas Akhir mahasiswa ISI Yogyakarta. Film-film yang diputar adalah sebagai berikut:
- Culikan/Febby Stephanie Ginting/15 menit/MalGundus Films/2017/Indonesia/Fiksi
Sinopsis:
Penculikan anak menjadi perbincangan hangat antara Asih dengan para tetangganya ketika mereka sedang berbelanja. Sepulang berbelanja, Asih panik manakala anak bungsunya, Imam, menghilang. Di tengah kepanikannya, Mbak Yun mengingatkan Asih tentang mobil Jeep yang sempat parkir di depan rumahnya.
- Social Snafu/Perez Broz/2 menit/2017/United States/Fiksi
Sinopsis:
Bayangkan apa yang akan terjadi jika lini masa Facebook Anda mewujud dalam dunia nyata!
- Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)/Eka Wahyu Primadani/25 menit/Mangunjaya Production/2017/Indonesia/Fiksi
Sinopsis:
Adam, seorang kernet bus jurusan Surabaya–Jember bekerja dengan Yudha (sopir) dan Bagus (kondektur) dengan pendapatan minim. Suatu kali, pacarnya, Ana, turut dalam perjalanan ke Jember. Tanpa disangka, Ana membawa kabar jika Adam tak segera melamarnya maka ia akan dijodohkan.
- Uncle/Fabien Luszezyszyn/11 menit/2016/Perancis/Fiksi
Sinopsis:
Lantaran tidak sengaja melihat sebuah pembunuhan, Elia diculik dan disiksa di sebuah mobil yang melaju di sepanjang jalan pinggiran kota. Penculiknya adalah Tarek, seorang pria tua pemabuk yang impulsif; Yann, laki-laki berbadan besar dengan pikiran kanak-kanak; dan Marie, wanita muda yang hampir mengalami kekalutan mental dan akan melahirkan.
Pemutaran Slot 2 berlangsung sangat meriah. Suasana pemutaran menjadi riuh saat sebagian besar penonton tertawa menyaksikan film-film yang disuguhkan pada Slot 2. Salah satu adegan yang membuat penonton kagum adalah adegan di film AKDP yang memperlihatkan bis yang melaju kencang menyalip truk. Adegan tersebut cukup membuat penonoton terpukau dan mengapresiasinya dengan tepuk tangan.
Diskusi Slot 2
Diskusi Slot 2 berbeda dengan diskusi pada Slot 1. Kali ini, diskusi Slot 2 dimoderatori oleh Ketua Forum Komunitas di JAFF (Jogja-NETPAC Asian Film Festival), yaitu Arief Akhmad Yani atau yang biasa disapa Mas Yani. Dua narasumber yang hadir adalah Eka “Kecap” selaku sutradara AKDP dan Yaumul Huda selaku DoP Culikan.
Pertanyaan pertama datang dari Agung dari Ravacana Film yang bertanya kepada Yaumul mengenai kekagumannya terhadap teknik long take yang digunakan dalam film Culikan, “Saya kagum dengan film Culikan karena menggunakan long take. Pertanyaanya sebenarnya sederhana saja, berapa kali take di film Culikan?
“Shooting film ini sebanarnya hanya setengah hari, sekitar jam sebelas siang sampai jam tiga sore. Untuk take-nya saya mengambil 12 take dan yang terpakai adalah take yang ke-7. Saya mengambil konsep long take karena logika cerita film Culikan terjadi dalam satu waktu dan itu menurut saya sangat pas untuk diambil dengan long take,” jelas Yaumul Huda.
“Bagaimana membangun kesadaran pemain dalam film Culikan dan berapa lama proses readingnya?” tanya Mas Yani. “Kalau soal reading prosesnya lima sampai enam kali pertemuan, tapi kalau untuk latihan kami sudah melakukan dua hari sebelum shooting untuk blocking dan lain-lain,” jawab Yaumul Huda.
Penonton bernama Dinda kemudian bertanya terkait dengan ide cerita film AKDP, karena baginya cerita di film AKDP merupakan satu hal yang baru: kisah cinta segitiga yang dialami seorang kernet bis. Eka “Kecap” menjawab bahwa ia terinspirasi dari cerita seorang sopir yang ia temui di sebuah warung kopi. Eka mengatakan bahwa sang sopir bertemu dengan selingkuhannya saat sang sopir bersama istrinya berada di dalam bis.
Mas Yani bertanya mengenai bis yang digunakan shooting, yang kebetulan bernama ‘Kemenangan’. “Memang itu nama bis-nya mas,” jawab Eka yang diikuti dengan tawa penonton.
Penonton lain bernama Davi bertanya tentang pemilihan bis sebagai latar belakang cerita. “Saya ingin mengadirkan ruang di mana tragedi ironi dan balada percintaan bisa terjadi di bis. Jika saya menggunakan kereta api nanti terlalu romantis, sementara kalau menggunakan pesawat nanti blocking-nya susah,” tukas Eka yang lagi-lagi mengundang gelak tawa penonton.
Diskusi Slot 2 diakhiri dengan tepuk tangan dan ditutup dengan berfoto bersama untuk menandai berakhirnya program KDM di tahun 2017.
Tanggapan Penonton untuk Film-Film ICPSFF
Wilona, mahasiswi dari Komunitas Klub Fiagra UGM, menyatakan bahwa, “Film-film ICPSFF sangat bagus. Film-film ini menunjukan peran film sebagai media transfer ilmu dan transfer budaya, jadi kita bisa melihat budaya dari belahan dunia. Film-film dari ICPSFF ini membuat saya bisa melihat karakter budaya lain yang sebelumnya belum pernah saya lihat.” Wilona menyebutkan bahwa film favoritnya dari ICSPFF yang diputar malam itu adalah 69 sec.
Arya dari Jogja Film Academy mengungkapkan bahwa semua film-film ICPSFF memberikan sebuah penyegaran di pemutaran KDM #24 karena baginya pemutaran yang menghadirkan film alternatif dari luar negeri sangat jarang terjadi. Baginya, pemutaran kali ini sangat menyenangkan. Arya juga menambahkan bahwa film ICPSFF sangat menarik karena menghadirkan bermacam-macam latar belakang cerita yang berbeda.